ANTIHISTAMIN: Turunan Propilamin dan Turunan Fenotiazin
I. Antihistamin Turunan Propilamin
Obat
ini memiliki daya antihistamin yang kuat, artinya obat ini memiliki afinitas
yang kuat terhadap reseptor sehingga menghambat pengikatan histamin dan tidak
dihasilkan reaksi alergi. Antihistamin golongan ini antara lain chlorpeniramin,
brompheniramin, dan tripolidin.
A. Chlorpeniramini Maleat (CTM)
Chlorpheniramine
maleate merupakan antihistamin generasi pertama; derivat propilamina (alkylamine) yang biasa digunakan sebagai
anti alergi. Dosis biasa adalah 4 mg setiap 4-6 jam. Obat ini banyak digunakan
dalam pencegahan gejala kondisi alergi seperti rhinitis dan urtikaria, mengurangi
merah, gatal, mata berair, bersin, hidung atau tenggorokan gatal dan pilek yang
disebabkan oleh alergi, demam, dan batuk.
B. Farmakodinamik dan Farmakokinetik
àFarmakodinamik CTM
Mekanisme kerja chlorpheniramine sebagai antagonis H1,
adalah berkompetisi dengan aksi dari histamin endogenus, untuk menduduki
reseptor-reseptor normal H1 pada sel-sel efektor di traktus gastrointestinal,
pembuluh darah, traktus respiratorius, dan beberapa otot polos lainnya. Efek
antagonis terhadap histamin ini akan menyebabkan berkurangnya gejala bersin,
mata gatal dan berair, serta pilek pada pasien.
àFarmakokinetik
CTM
-
ABSORBSI
Bioavailabilitas
Diserap
dengan baik setelah pemberian oral, tetapi hanya 25-45% (tablet konvensional)
atau 35-60% (larutan) dari dosis tunggal yang mencapai sirkulasi sistemik
sebagai obat tidak berubah.
Bioavailabilitas
sediaan extended-release berkurang
dibandingkan dengan tablet konvensional atau larutan oral.
Konsentrasi
plasma puncak umumnya terjadi dalam waktu 2-6 jam setelah pemberian tablet oral
konvensional atau larutan oral.
Onset
Efek
antihistamin jelas dalam waktu 6 jam setelah dosis tunggal.
Durasi
Efek
antihistamin dapat bertahan selama ≥24 jam.
-
DISTRIBUSI
Mengalami
distribusi cepat dan luas; Namun, distribusi belum sepenuhnya diketahui.
Ikatan Protein plasma
Sekitar
69-72%.
-
METABOLISME
Mengalami
metabolisme substansial dalam mukosa GI selama penyerapan dan efek lintas
pertama melalui hati. Dimetabolisme Cepat dan ekstensif terutama menjadi
minimal 2 metabolit tak dikenal dan monodesmethylchlorpheniramine dan
didesmethylchlorpheniramine.
-
ELIMINASI
Rute Eliminasi
Diekskresikan
dalam urin.
Half-life
Eliminasi
Terminal paruh chlorpheniramine adalah sekitar 12-43 jam.
Populasi khusus
Eliminasi
Terminal waktu paruh pada anak-anak adalah sekitar 9,6-13,1 jam (kisaran:
5,2-23,1 jam).
Terminal
eliminasi waktu paruh pada pasien dengan gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisis adalah sekitar 280-330 jam.
II.
Antihistamin Turunan Fenotiazin
Obat golongan ini memiliki efek
antihistamin dan antikolinergik yang tidak begitu kuat, tetapi memiliki daya neuroleptik
sehingga digunakan pada keadaan psikosis. Selain itu juga memiliki efek
meredakan batuk, maka sering dipakai untuk kombinasi obat batuk. Antihistamin
golongan ini antara lain prometazin, tiazinamidum, oksomemazin, dan metdilazin.
A. Prometazin
Obat
ini bekerja dengan cara menghambat histamin untuk meredakan reaksi alergi,
serta mempengaruhi asetilkolin dan bagian tertentu pada otak untuk meredakan
mual, nyeri, dan memberi efek penenang.
B. Farmakodinamik dan Farmakokinetik
àFarmakodinamik
Prometazin
Memblok stimulasi perifer (yang berasal dari perifer)
pusat muntah. Oleh karena itu, antihistamin ini efektif untuk pengobatan dan
pencegahan muntah pada mabuk perjalanan dan disfungsi telinga dalam.
àFarmakokinetik
Prometazin
Diabsorbsi dengan baik melalui saluran cerna,
dimetabolisme terutama di hati. Metabolit yang inaktif diekskresikan ke dalam
urin. Obat ini mulai bekerja biasanya dalam 40 menit setelah pemberian per
oral.
PERMASALAHAN:
1. Penggunaan CTM
sediaan extended-release dapat
menurunkan bioavailabilitas obat dibandingkan tablet konvensional. Mengapa hal
itu bisa terjadi?
2. Dalam tahapan
distribusi CTM, terjadi ikatan dengan protein plasma sekitar 69-72%. Apa
pengaruh efek terapi obat dengan adanya ikatan pada protein plasma?
3. Antihistamin turunan
fenotiazin justru digunakan sebagai anti-emetik, apakah penggunaan antihistamin
ini utamanya dalam pengobatan mual? Efektifkah penggunaannya sebagai anti
alergi?
DAFTAR PUSTAKA
Kee, J. L. dan E. R.
Hayes. 1996. Farmakologi Pendekatan
Proses Keperawatan. Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Katzung, B. G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Artikelnya sangat bermanfaat terimakasih kak
ReplyDelete