HEMATOLOGI: Fibrinolisis dan Antifibrinolitik
I. Fibrinolisis
Fibrinolitik/trombolitik
bekerja sebagai aktivator plasminogen untuk membentuk plasmin, yang
mendegradasi fibrin dan kemudian memecah trombus. Manfaat obat trombolitik
yaitu untuk pengobatan infark miokard/serangan jantung. Jenis/contoh obat
fibrinolitik antara lain, streptokinase, alteplase, dan reteplase.
Secara
farmakodinamik, streptokinase akan bergabung dengan plasminogen dan membentuk
kompleks enzim. Kompleks enzim tersebut akan memecahkan ikatan antara asam
amino valin dan arginin pada plasminogen lainnya (bukan plasminogen yang
terlibat dalam pembentukan kompleks enzim). Akibatnya plasminogen berubah
menjadi bentuk aktifnya, yaitu plasmin. Selanjutnya, plasmin akan mendegradasi
fibrin-fibrin pada trombus sehingga sumbatan/clot darah dapat terurai.
Secara
farmakokinetik, penyerapan (absorbsi) dengan cepat dibersihkan dari sirkulasi
setelah penggunaan IV. Kemudian ekskresi dalam penghapusan waktu paruh kompleks
penggerak-streptokinase: 23 menit.
Interaksi
dengan obat lain selama penggunaan streptokinase adanya efek antagonis dengan
agen antifibrinolitik misalnya asam aminokaproat. Selain itu meningkatkan
perdarahan dengan antikoagulan, heparin, agen antiplatelet misalnya aspirin dan
dipyridamole.
II. Antifibrinolitik
Antifibrinolitik
merupakan obat yang digunakan sebagai terapi yang dapat mencegah terjadinya
risiko re-bleeding. Golongan obat ini
bekerja menghambat aktivasi plasminogen menjadi plasmin, mencegah break-up dari fibrin dan menjaga
stabilitas menggumpal. Jenis/contoh obat antifibrinolitik antara lain asam
traneksamat dan asam aminokaproat.
Secara farmakodinamik,
asam traneksamat secara kompetitif menghambat
aktivasi plasminogen (melalui mengikat domain kringle), sehingga mengurangi
konversi plasminogen menjadi plasmin (fibrinolisin), suatu enzim yang
mendegradasi fibrin pembekuan, fibrinogen, dan protein plasma lainnya, termasuk
faktor-faktor prokoagulan V dan VIII. Asam traneksamat juga langsung menghambat
aktivitas plasmin, tetapi dosis yang lebih tinggi diperlukan dari yang
dibutuhkan untuk mengurangi pembentukan plasmin.
Secara
Farmakokinetik konsentrasi maksimum asam traneksamat dalam plasma dapat dicapai
dalam jangka waktu 3 jam setelah pemberian oral. Adanya makanan dalam sistem
pencernaan tidak mempengaruhi absorpsi maupun parameter farmakokinetik lainnya
dari obat.
Setelah injeksi IV dari 1 g asam traneksamat, proses
eliminasi mengikuti 3 fase eksponensial dengan 95% obat diekskresikan tanpa
perubahan di urin. Total clearence
sekitar 6,6 – 7 L/jam (110 – 116 mL/menit). Dosis intravena 10 mg/kg berat
badan didapat di urin pada satu jam pertama pemberian IV. Ekskresi total naik
sampai 45% setelah 3 jam dan sekitar 90% setelah 24 jam.
Dengan konsentrasi plasma 5 – 10 mg/L, asam traneksamat
secara lemah (sekitar 3%) terikat ke protein plasma dengan hampir sebagian
besar obat terikat ke plasminogen. Obat dapat menembus sawar darah otak dan
berdifusi secara cepat ke cairan sendi dan membran sinovial. Adapun tingkat
ekskresi asam traneksamat di air susu kecil hanya sekitar 1% dari konsentrasi
puncak dari plasma.
Adapun interaksi obat selama penggunaan asam traneksamat
yaitu efek antagonis (berlawanan) dengan trombolitik (alteplase, reteplase).
Terjadi peningkatan risiko thrombosis dengan konsentrat kompleks faktor IX atau
konsentrat koagulan anti-inhibitor.
PERMASALAHAN:
1.
Pada obat streptokinase, secara farmakodinamik perannya adalah sebagai aktivator
plasminogen sehingga membentuk plasmin. Plasmin berperan dalam mendegradasi
fibrin-fibrin untuk mengurai clot
darah dan biasanya pada pengobatan infark miokard akut. Efektifkah penggunaan
obat ini pada penderita infark miokard kronis, bagaimana pengaruh umur gumpalan
fibrin terhadap kinerja obat?
2. Secara farmakodinamik, streptokinase akan bergabung dengan plasminogen dan membentuk kompleks enzim. Kompleks enzim tersebut akan memecahkan ikatan antara asam amino valin dan arginin pada plasminogen lainnya. Apa peran dari ikatan antar kedua asam amino tersebut sehingga penting dilakukan pemecahan ikatan dalam kerja obat fibrinolitik?
3. Dalam tahapan farmakodinamik, asam traneksamat juga langsung menghambat aktivitas plasmin, tetapi dosis yang lebih tinggi diperlukan dari yang dibutuhkan untuk mengurangi pembentukan plasmin. Dengan penggunaan dosis yang lebih tinggi dari yang dibutuhkan, apakah tidak menimbulkan efek toksik dalam pemakaiannya?
DAFTAR PUSTAKA
Noviani,
N. dan V. Nurilawati. 2017. Farmakologi.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Neal,
M. J. 2012. Medical Pharmacology at a
Glance, Seventh Edition. John Wiley and Sons
Publishing, USA.
Terimakasih atas blog nya san, sangat membantu
ReplyDelete